Perekonomian Indonesia terus berkembang dengan berbagai tantangan dan peluang. Indonesia memiliki potensi besar di Asia Tenggara berkat luas wilayah, jumlah penduduk dan kekayaan sumber daya alamnya. Faktor-faktor ini menjadikan Indonesia sebagai pilar ketahanan yang dapat meningkatkan daya saing dalam upaya meraih manfaat dari integrasi ekonomi dengan negara lain (Siregar, 2020; Tasri et al., 2021).
Namun, terjadinya ketimpangan ekonomi, ketergantungan pada sumber daya alam, serta kurangnya investasi jangka panjang masih menjadi tantangan utama yang perlu untuk diatasi. Menghadapi tantangan tersebut, pemerintah membentuk Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara), sebagai super holding BUMN yang bertujuan untuk mengelola dan menginvestasikan pendapatan dari dividen perusahaan-perusahaan milik negara ke proyek-proyek strategis. Sehingga melalui sistem ini, pemerintah berharap dapat meningkatkan daya saing ekonomi Indonesia, menciptakan lebih banyak lapangan kerja, dan mempercepat pertumbuhan ekonomi nasional.
Meskipun kehadiran Danantara menjanjikan banyak peluang, kebijakan ini juga menimbulkan perdebatan, terutama terkait transparansi pengelolaan dana, dampaknya terhadap investor, serta efektivitas dalam menciptakan pertumbuhan ekonomi secara inklusif. Oleh karena itu, penting untuk memahami bagaimana Danantara dapat berkontribusi terhadap transformasi ekonomi nasional dan tantangan apa saja yang harus dihadapi agar inisiatif ini dapat berjalan dengan sukses. Danantara resmi didirikan pada 24 Februari 2025, setelah DPR RI menyetujui revisi UU BUMN pada 4 Februari 2025.
Pembentukan Danantara terinspirasi dari model investasi serupa yang telah sukses diterapkan di beberapa negara lain, seperti Khazanah Nasional Berhad di Malaysia dan Temasek Holdings di Singapura. Pemerintah menargetkan bahwa dalam lima tahun pertama, Danantara akan mengelola aset lebih dari US$ 900 miliar yang akan dialokasikan ke berbagai sektor strategis, termasuk energi terbarukan, industri hilir dan manufaktur canggih, produksi pangan dan agribisnis, serta infrastruktur strategis. Dengan investasi ini, pemerintah berharap dapat meningkatkan produktivitas ekonomi, mengurangi ketergantungan pada ekspor bahan mentah, serta menciptakan nilai tambah yang lebih besar di dalam negeri.
Dalam perpektif sosiologis bahwa pembentukan danantara tentunya perlu diperhatikan, agar tidak menimbulkan sistem kapitalis dalam konteks danatara tentunya sebagai alat dalam transaksi secara ekonomi. Kritik terhadap sistem kapitalis terhadap pembentukan danantara dikhawatirkan menimbulkan kesenjangan antara lapisan kelas didalam masyarakat, bahkan tentunya perlunya perhatiaan secara signifikan mengenai pembentukan danatara tersebut agar tidak menimbulkan eksploitasi secara besar-besaran yang dapat merugikan perekonomian masyarakat.
Dalam hal ini, dibalik problematika dan kekhawatiran yang ditimbulkan dalam pembentukan danatara tentunya diharapkan dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat Indonesia serta mencapai kesejahteraan di berbagai masyarakat, baik dari lapisan statafikasi terendah maupun tertinggi. Sehingga dalam pembentukan danatara tidak menghasilkan ketidaksetaraan antara berbagai lapisan di dalam masyarakat. Danantara diharapkan memberikan dampak secara positif terhadap pertumbuhan ekonomi nasional melalui investasi di sektor-sektor yang memiliki multiplier effect tinggi. Sektor energi terbarukan, misalnya, akan membantu mengurangi ketergantungan pada energi fosil dan mendukung transisi menuju ekonomi hijau. Sementara itu, investasi di industri manufaktur bertujuan untuk meningkatkan kapasitas produksi dalam negeri serta mengurangi ketergantungan pada impor. Di sektor pertanian dan pangan, investasi yang tepat dapat memperkuat ketahanan pangan dan menciptakan rantai pasok yang lebih efisien.
Selain itu, Danantara juga berperan dalam meningkatkan efisiensi pengelolaan aset negara. Melalui dengan menggabungkan aset BUMN ke dalam satu sistem manajemen, danantara dapat mengurangi duplikasi investasi serta meningkatkan efisiensi penggunaan modal, sehingga memungkinkan pemerintah untuk fokus pada proyek-proyek dalam memberikan manfaat jangka panjang bagi perekonomian. Dalam hal stabilitas keuangan, Danantara berpotensi mengurangi ketergantungan pemerintah pada dividen BUMN untuk pendanaan APBN. Dengan pengelolaan dana yang lebih independen, fleksibilitas fiskal negara meningkat, sehingga lebih banyak anggaran dapat dialokasikan untuk pembangunan infrastruktur, pendidikan, dan sektor-sektor lain yang mendukung pertumbuhan ekonomi. Namun, keberhasilan Danantara dalam mendorong pertumbuhan ekonomi sangat bergantung pada transparansi tata kelola dan efektivitas alokasi investasi agar manfaatnya dapat dirasakan secara merata oleh seluruh lapisan masyarakat.
Salah satu indikator utama keberhasilan Danantara adalah kemampuannya dalam menciptakan lapangan kerja baru. Dengan investasi besar di sektor strategis, Danantara diharapkan mampu membuka jutaan peluang kerja, terutama bagi tenaga kerja muda dan sektor informal. Investasi di industri hilir dan manufaktur canggih, misalnya, berpotensi menyerap lebih dari 2 juta tenaga kerja baru dalam lima tahun pertama. Sementara itu, dukungan terhadap UMKM dan startup di sektor strategis akan mempercepat pertumbuhan ekonomi digital dan meningkatkan peluang kerja bagi para pelaku usaha kecil. Selain menciptakan lapangan kerja langsung, Danantara juga berperan dalam investasi di bidang pendidikan dan pelatihan tenaga kerja. Langkah ini penting dalam memastikan bahwa tenaga kerja nasional tidak hanya memiliki akses terhadap lapangan kerja baru, tetapi juga memiliki kompetensi yang relevan untuk mendukung transformasi ekonomi Indonesia.
Meskipun memiliki potensi besar, danantara juga menghadapi berbagai tantangan yang harus diatasi agar program ini dapat berjalan secara efektif dan berkelanjutan. Salah satu tantangan utama adalah transparansi dan tata kelola. Saat ini, danantara tidak dapat diaudit oleh BPK atau KPK, tetapi hanya oleh akuntan publik. Kurangnya pengawasan independen ini meningkatkan risiko inefisiensi dan penyalahgunaan dana, yang dapat menghambat tujuan awal pembentukan danantara. Perlu ada mekanisme yang memastikan bahwa proyek-proyek yang didanai benar-benar memberikan dampak ekonomi yang nyata. Kekhawatiran danantara yang ditimbulkan dapat menyimbulkan permainan monopoli ekonomi oleh perusahaan-perusahaan besar dibawah tangan BUMN, akan menimbulkan korupsi.
Bahkan danantara tersebut hasil dari efisiensi anggaran ataupun pemotongan anggaran yang berasal bidang pendidikan, kesehatan yang tidak diawasi oleh KPK dan Kejaksaan Agung yang memunculkan kelas korupsi. Permainan monopoli ekonomi oleh perusahaan besar yang dikelola oleh BUMN ialah ketika mereka menguasai pasar dalam sektor tertentu, menghambat persaingan dan mengendalikan harga, BUMN biasanya dibentuk untuk mengelola sumber daya strategi untuk kepentingan publik, namun dalam praktiknya mereka dapat bertindak seperti perusahaan swasta besar.
Oleh karena itu, evaluasi berkala terhadap efektivitas investasi menjadi sangat penting untuk menghindari alokasi dana ke proyek-proyek yang tidak produktif. BPI Danantara merupakan langkah strategis dalam transformasi ekonomi nasional Indonesia. Danantara memiliki potensi besar untuk mendorong pertumbuhan ekonomi melalui investasi di sektor strategis, meningkatkan efisiensi pengelolaan aset negara, serta menciptakan jutaan lapangan kerja baru di berbagai sektor.
Namun, keberhasilan danantara sangat bergantung pada transparansi, tata kelola yang baik, dan efektivitas investasi. Melalui tantangan-tantangan yang ada dapat diatasi, danantara dapat menjadi instrumen utama dalam pembangunan ekonomi jangka panjang dan menjadikan Indonesia sebagai kekuatan ekonomi global yang lebih kompetitif di masa depan. Meskipun sistem ini memiliki potensi manfaat, sistem ini juga menimbulkan kekhawatiran tentang transparansi, perlindungan investor, dan efektivitas dalam mencapai pertumbuhan ekonomi.
Pemerintah berencana untuk mengalokasikan lebih dari US$900 juta selama lima tahun ke berbagai sektor, termasuk energi, industri, produksi pangan, pertanian, dan infrastruktur. Bahkan pemerintah juga berupaya mencegah sistem kapitalis memengaruhi perekonomian karena dianggap sebagai sarana dalam pertumbuhan ekonomi. Para kritikus berpendapat bahwa pendekatan ini dapat menghambat pembangunan ekonomi nasional dan menghambat pembangunan di berbagai sektor. namun, keberhasilan pemerintah dalam mendorong pertumbuhan ekonomi sangat bergantung pada transparansi dan efisiensi dalam alokasi investasi.