Jakarta (ANTARA) - Pakar Ekonomi Politik Internasional dari Universitas Gadjah Mada Riza Noer
Arfani menilai kunjungan Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) ke Ukraina dan Rusia sangat strategis
dan dapat meredam dampak rambatan dari konflik kedua negara tersebut.
"Kunjungan ini sangat strategis. Tapi ini hanya awal. Setelah pertemuan tersebut berhasil dan
menghasilkan pernyataan bersama, harus ditindaklanjuti dengan langkah-langkah diplomatik lewat
G20 sebagai saluran utamanya," kata Riza dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Minggu.
Riza menilai Jokowi tidak hanya berkunjung sebagai Kepala Negara, tetapi juga selaku tuan rumah
dari G20 2022. Oleh karena itu, hal-hal yang menyangkut kepentingan perekonomian dan
pemulihan dari dampak pandemi COVID-19 akan menjadi agenda utama.
Riza mengatakan bahwa upaya untuk pemulihan ekonomi yang merata di setiap negara sedianya
tercermin dari tema Kepresidenan Indonesia di G20, yakni Recover Together, Recover Stronger.
Untuk itu, ia menilai kunjungan Presiden Jokowi akan meredam dampak dari konflik yang terjadi
antara Rusia dengan Ukraina.
Berdasarkan sejarahnya, G20 dibentuk pada saat krisis melanda dunia. Lebih dari dua dekade
berdiri, forum ekonomi utama dunia ini telah berhasil mencari jalan keluar bagi dunia dari kondisi
keterpurukan.
"Forum ini menjadi semacam katalis untuk negara-negara bisa keluar dari situasi guncangan," kata
Riza.
Indonesia, selaku Presidensi G20 tahun ini diharapkan mampu mencari jalan keluar dari
guncangan krisis beruntun yang saat ini dihadapi dunia. Penanganan pandemi dan dampak
perang Rusia-Ukraina harus diredam guna menghindari efek negatif yang berkepanjangan.
Riza juga merasa kunjungan Presiden Jokowi ke Ukraina dan Rusia amat signifikan untuk
meyakinkan rakyat internasional mengenai kesungguhan Indonesia ingin meredakan ketegangan.
Riza berpendapat hal ini menjadi sinyal positif dan mendorong optimisme bagi pemulihan ekonomi
dunia.
Meski peluang yang dimiliki untuk mendamaikan kedua negara amat kecil, lawatan Presiden
Jokowi diharapkan mampu mengikis ego dua negara untuk kepentingan yang lebih besar.
"Perlu ditekankan kepada Presiden Ukraina maupun Rusia, perlu ada upaya untuk meminimalisir
dampak perang terhadap pemulihan ekonomi global," ujar Riza.
Sebab, akibat perang itu, sektor kesehatan, pangan, dan energi menjadi terganggu. Ini berdampak
langsung pada upaya pemulihan ekonomi dari pandemi, sekaligus menambah beban untuk
mengembalikan stabilitas dunia.
Terlebih, beberapa ahli dan lembaga internasional memprediksi terjadinya resesi hingga stagflasi
akibat perang berkepanjangan. Untuk itu, bila kunjungan Presiden Joko Widodo berbuah manis,
diharapkan akan ada tindak lanjut dengan memanfaatkan Presidensi G20 Indonesia.
Riza menyarankan agar dibentuk gugus tugas yang khusus menengahi dan membahas isu teknis
dari konflik geopolitik Rusia-Ukraina. Dengan begitu, solusi untuk meredam dampak perang dapat
terlahir dan berkontribusi pada upaya pemulihan global.
"Ketika nanti misalnya disepakati kedua Kepala Negara (Rusia-Ukraina) hadir di pertemuan
puncak pada November (summit G20). Maka yang paling penting adalah menyusun agenda
sampai ke November, apa yang harus dilakukan. Itu yang menjadi kunci dari peluang suksesnya
mitigasi," kata Riza.
Kalau ini tidak dilakukan, tutur ia melanjutkan, kunjungan ini hanya menjadi simbolis saja dan mesti
dihindari. Dari pembentukan gugus tugas, dapat dirumuskan komunike bersama, meredakan
ketegangan, bahkan membahas mitigasi dampak perang terhadap kesehatan, pangan, dan energi.
Presiden Jokowi pada Minggu (26/6) berangkat ke Jerman memenuhi undangan Konferensi
Tingkat Tinggi (KTT) G7. Dalam forum itu, Kepala Negara akan menyerukan upaya perdamaian.
Presiden Jokowi diagendakan melawat ke Ukraina dan berdialog dengan Presiden Ukraina
Volodymyr Zelenskiy selepas G7 dan berkunjung ke Rusia untuk menemui Presiden Rusia
Vladimir Putin
Post a Comment