Media harus berimbang dalam pemberitaan pemilihan umum (pemilu). Profesionalisme media ini penting dapat mendukung terwujudnya pemilu yang damai. Hal ini diungkapkan oleh Rodion Ebbighausen selaku kepala desk Asia di media asal Jerman, Deutsche Welle (DW) di Jakarta, Selasa (27/2/2024).
“Jurnalis tidak boleh menjadi bagian dari agenda setting. Mereka tidak boleh mengambil posisi sebuah partai politik tertentu. Mereka harus menyertakan konteks. Semakin profesional insan pers, maka semakin damai juga pemilu tersebut,” ucap Ebbighausen.
Meski demikian, Ebbighausen menilai media bukan satu-satunya pihak yang bertanggung jawab untuk menciptakan pemilu yang damai.
“Tugas jurnalis bukanlah memastikan pemilu yang damai. Tugas mereka adalah melakukan pemberitaan yang baik. Ini semua soal profesionalisme,” imbuh Ebbighausen.
Ia menegaskan bahwa media tidak boleh terlalu dekat dengan partai politik tertentu.
“Mereka harus menghindari politik-politik partai guna bisa memberikan audiensnya informasi serta gambaran yang lengkap,” imbuhnya.
Serupa, Wakil Ketua DW Biro Taipei Chia-Cun Yeh mengatakan tugas seorang jurnalis adalah untuk mengamati, menyaksikan, memberitakan, tetapi tidak ikut campur tangan dengan apa yang terjadi di lapangan.
“Penting bagi seorang jurnalis untuk mewawancarai partai politik dan kandidat pemilu yang beragam. (Sebagai media, Red), kita tidak boleh mempromosikan atau memberikan panggung. Keputusan ada di tangan para pembaca itu sendiri,” ujar Chia-Cun Yeh.
Sebagaimana diketahui, Indonesia pada Rabu (14/12/2024) menggelar Pemilu 2024. Pemilu du Indonesia menjadi pemilu demokratis terbesar di dunia yang diselenggarakan serentak dalam sehari.
Sebanyak 204,8 juta penduduk Indonesia yang masuk daftar pemilih tetap (DPT) telah menyalurkan aspirasinya untuk menentukan pemimpin negeri ini selama lima tahun ke depan melalui Pilpres 2024. Rakyat Indonesia juga telah memilih para wakilnya di lembaga legislatif melalui Pileg 2024.
Post a Comment