Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Mohammad Faisal memprediksi, pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2024 berada dikisaran 4,9 persen sampai 5 persen.
Menurutnya, pertumbuhan ekonomi RI di kuartal kedua tahun 2024 akan berada di posisi yang sama yakni 4,9 persen sampai 5 persen. Artinya ini mengalami pelambatan jika dibandingkan dengan kuartal I tahun 2024 sebesar 5,11 persen.
"Kuartal kedua tahun ini kami prediksikan hanya 4,9 sampai 5 persen. Jadi ada perlambatan secara marginal. Hal yang sama juga untuk prediksi pertumbuhan ekonomi keseluruhan tahun 2024 kita prediksikan di kisaran 4,9 sampai 5 persen," kata Faisal di Webinar 'Midyear Review CORE Indonesia 2024' secara virtual, Selasa (23/7/2024).
Faisal menyatakan, pelambatan pertumbuhan ekonomi ini disebabkan konsumsi rumah tangga yang menurun dan berada di posisi 4,8 persen hingga 4,9 persen. Kemudian, konsumi Lembaga Non-profit yang melayani Rumah Tangga (LNPRT) d posisi 18,4 persen sampai 20,2 persen.
Lalu, konsumsi pemerintah sebesar 6,4 persen sampai 7,9 persen. Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) sebesar 4,6 sampai 4,7 persen, ekspor sebesar 1,9 persen dan impor 1,8 persen.
"Proyeksi per komponennya ini perlambatannya terutama disebabkan pada perlambatan dikonsumsi rumah tangga yang menyumbang paling besar tentu saja terhadap PDB kita," jelasnya.
Prediksi ini justru berbeda dengan ramalan Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati. Bendahara negara itu bilang, pertumbuhan ekonomi RI di semeter II tahun 2024 akan berada diatas 5 persen.
"Proyeksi untuk semester kedua dari pertumbuhan ekonomi kita memperkirakan pada kisaran 5,0 persen hingga 5,2 persen. Sehingga outlook untuk keseluruhan tahun ini di 5,0 persen hingga 5,2 persen, ini masih mendekati dari asumsi pertumbuhan ekonomi di APBN," kata Sri Mulyani.
Bendahara negara juga bilang, inflasi di semeter II tahun ini akan berkisar di angka 2,7 hingga 3,2 persen atau masih dalam range inflasi point di Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) 2024 sebesar 2,8 persen.
Sedangkan untuk surat berharga negara (SBN) 10 tahun di semester II, diperkirakan pada kisaran 6,9 persen hingga 7,1 persen.
"Nilai tukar rupiah semester II kita perkirakan bergerak di Rp 16.000 hingga Rp 16.200. Sehingga keseluruhan tahun ada di Rp 15.900 hingga Rp 16.100, di atas dari asumsi makro di APBN yang berada di Rp 15.000 per dollar," jelasnya.
Post a Comment