Pengamat Nilai Positif Pilgub NTB 2024 Jika Diikuti Banyak Pasangan Calon


Lembaga Kajian Sosial dan Politik Mi6 mendorong Pilgub NTB 2024 diikuti banyak calon. Direktur Mi6 Bambang Mei Finarwanto pemilih memiliki beragam alternatif calon pemimpin apabila Pilkada diikuti banyak calon. ”Maka setiap kita berkesempatan menemukan calon yang benar-benar mewakili suara dan aspirasi kita. Itu akan menjadikan setiap detik kampanye sebagai momen yang penuh antusiasme dan harapan,” ujarnya, Sabtu (6/7/2024).

Didu, sapaan karibnya, menyinggung politisi yang menyebut Pilgub NTB lebih baik dengan persaingan head to head. Ragam pasangan calon membuat pemilih punya banyak pilihan. Di sisi lain meningkatkan kualitas kepemimpinan, dan mendorong partisipasi serta keterlibatan yang lebih besar dari masyarakat. Menurut Didu, dengan banyaknya calon yang bersaing, setiap kandidat biasanya akan memiliki platform, visi, dan pendekatan kampanye yang beragam pula.

Saat setiap calon membawa isu-isu spesifik dan strategi kampanye yang berbeda maka sudah pasti akan membuat diskusi politik lebih beragam dan menarik. Hasil kajian Mi6, pemilihan kepala daerah dengan banyak calon juga sering kali memicu partisipasi yang lebih besar dari masyarakat.Pemilih, kata Didu, merasa lebih termotivasi untuk berpartisipasi dalam proses pemilihan.”Jangan lupa, setiap calon biasanya memiliki basis pendukung yang berbeda. Ini akan membawa energi dan semangat tersendiri dalam mendukung kandidat mereka,” ucap mantan Eksekutif Daerah Walhi NTB dua periode ini.

Saat ini, Pilgub NTB berpotensi diikuti empat pasang calon. Antara lain, Sitti Rohmi Djalillah-Musyafirin, Zulkieflimansyah-Suhaili FT, Lalu Muhammad Iqbal-Indah Damayanti Putri, dan pasangan Lalu Gita Ariadi-Sukiman Azmy. Dia juga memaklumi anggapan Pilgub NTB akan menyajikan persaingan head to head. Sebab, hingga kini Rohmi-Firin dan Zul-Suhaili yang sudah mengantongi dukungan partai politik secara definitif. Sementara dua pasangan lainnya yakni Iqbal-Dinda dan Gita-Sukiman belum terungkap dukungan Parpolnya. Bisa dimaklumi, dua pasangan disebut terakhir merupakan calon dari kalangan birokrat.

Didu menjelaskan, jika Pilgub NTB hanya diikuti dua pasang calon saja, maka hal tersebut akan menjadikan ajang lima tahunan ini bukanlah pesta demokrasi yang sesungguhnya. Padahal, harusnya, pilkada menjadi pesta demokrasi di mana semangat kompetisi dan keterlibatan masyarakat berpadu untuk menciptakan atmosfer yang meriah dan penuh gairah. Ketika lebih banyak calon terlibat, persaingan menjadi lebih ketat dan dinamis. Ini menciptakan suasana kompetitif yang bisa sangat menarik untuk diikuti oleh publik.

Dalam hal ini, kandidat perlu bersaing dalam menyampaikan argumen dan kebijakan mereka, yang sering kali menghasilkan debat-debat publik yang intens. Pilgub NTB yang ramai dengan kandidat juga dapat memberikan dorongan ekonomi daerah menjadi lebih menggeliat terutama melalui berbagai aktivitas kampanye. Kajian Mi6, kata Didu, menunjukkan bagaimana kampanye yang melibatkan banyak calon sering kali mengakibatkan peningkatan pengeluaran untuk iklan, acara, dan merchandise, yang pada gilirannya mendukung ekonomi masyarakat.

Karena itu, Didu mendorong agar partai politik tidak memberikan dukungan yang menumpuk pada satu pasangan calon saja. Dengan begitu, akan memberi ruang bagi Pilgub NTB tidak diikuti dua kandidat saja. Pasangan Iqbal-Dinda dan juga Gita-Sukiman, adalah figur-figur yang pantas mendapat dukungan dari partai politik untuk maju dalam Pilgub NTB. Iqbal memiliki karir birokrasi yang panjang sebagai diplomat di Kementerian Luar Negeri. Sementara Dinda, adalah Bupati Bima dua periode. Lalu Gita adalah mantan Penjabat Gubernur NTB selama sembilan bulan, yang kini masih memangku jabatan sebagai Sekretaris Daerah NTB. Sementara wakilnya Sukiman Azmy, adalah Bupati Lombok Timur dua periode.

Didu mengakui bahwa setiap perhelatan demokrasi pasti memiliki dinamikanya sendiri-sendiri. Politik juga memiliki panggung depan dan panggung belakang dengan realitasnya masing-masing. Publik kemudian hanya diperlihatkan panggung depan saja. Sementara panggung belakang acap ditutup rapat-rapat. Minimnya partai politik yang sudah memberikan dukungan tiket Pilgub NTB, menjadikan pasangan Iqbal-Dinda dan pasangan Gita-Sukiman, terlihat inferior di hadapan dua kandidat lainnya.

Hal tersebut kata Didu, menempatkan dua pasang kandidat ini dalam framing sebagai pasangan yang sama-sama lemah. Semua itu kata Didu, bisa jadi semacam strategi untuk membuat pasangan ini tetap menjadi perbincangan di tengah-tengah publik. Sebuah strategi yang acap bisa dimanfaatkan untuk mendongkrak elektabilitas dan popularitas. Sehingga, Didu meyakini, justru dua pasang kandidat tersebut, Iqbal-Dinda dan Gita-Sukiman bisa jadi juga sedang menyiapkan kejutan-kejutan.

Didu menilai, Iqbal-Dinda maupun Gita-Sukiman, memiliki modal lebih dari cukup untuk meraih dukungan signifikan. “Bagaimanapun, kandidat yang banyak dalam Pilgub akan membuka ruang untuk lebih banyak dialog, lebih banyak ide, dan lebih banyak kesempatan untuk perbaikan. Hal yang akan membuat proses Pilgub menjadi lebih menarik dan substansial,” tutup Didu.

Share this:

Post a Comment

 
Copyright © infontbnow. Designed by OddThemes